
Virginia Woolf :Mengolah Tekanan Menjadi Karya
19 April 1941. Di dekat jembatan di Southease, sesosok jasad manusia ditemukan. Menurut pemberitaan yang ramai beredar, itu adalah jenazah Mrs.Woolf, yang sejak tiga minggu sebelumnya diberitakan menghilang. Mrs. Woolf yang dimaksud ialah Virginia Woolf, sastrawan terkemuka Inggris yang terkenal dengan sejumlah karya eksperimentalnya.
Penemuan jenzahnya kemudian diikuti dengan berbagai proses penyelidikan. Disimpulkan bahwa Virginia meninggal karena menenggelamkan diri di Sungai Osse dengan cara memenuhi saku mantelnya dengan batu-batu. Sebelum ia menghilang, banyak yang mengatakan bahwa Virginia tampak berjalan-jalan ke Sungai Osse. Rupanya ia tidak berjalan-jalan, tetapi menjemput ajal.
Peristiwa bunuh diri Virginia Woolf bisa dibilang merupakan muara dari sekian banyak kegelisahan yang seumur hidup mengganggunya. Kegelisahan yang juga mewujud dalam karya-karyanya yang besar, yang mendobrak nila-nilai yang telah berdiri kokoh sebelumnya. Energi yang dihasilkan dari setiap tekanan batin Virginia menghasilkan banyak penafsiran baru terhadap beragam hal, termasuk kepenulisan fiksi.
Virginia Woolf lahir pada tanggal 25 Januari 1882 dengan nama asli Adeline Virginia Stephen. Ia tumbuh dalam keluarga kelas atas pada akhir era Victorian. Ayahnya, Leslie Stephen, dan Ibunya, Julia, merupakan pasangan yang sudah pernah menikah sebelumnya. Dan dari pernikahan pertama mereka, Leslie memiliki anak bernama Laura, sementara Julia memiliki anak bernama Gerard, Stella, dan George Duckworth. Lantas dari pernikahan kedua mereka, lahirlah Vanessa, Tobby, Virginia, dan si bungsu, Adrian.
Masa kecil Virginia sudah diisi dengan bacaan-bacaan yang amat beragam. Ini berkat ayahnya yang memiliki perpustakaan pribadi yang begitu lengkap. Leslie Stephen pula yang mengajari Virginia tentang cara membaca untuk pemahaman yang mendalam. Inilah yang nantinya membuat Virginia dapat berpikir sangat kritis dan memiliki kemampuan seni menulis di atas rata-rata. Namun, kisah tentang Virginia kerap ditulis dengan bahasa yang kelam.
Pada tahun 1895, Virginia melakukan usaha bunuh diri pertamanya. Ia mencoba melompat dari jendela tak lama setelah ibunya meninggal. Ketika itu Virginia berusia 13 tahun. Dua tahun setelahnya, saudari tirinya, Stella, meninggal dunia. Kembali ia merasa terpukul. Perasaan sangat kehilangan orang-orang yang amat dicintai inilah yang menjadi pemicu depresinya.
Dan di tengah depresi itu Virginia masih bisa fokus untuk dapat menyelesaikan beberapa studinya, seperti bahasa Yunani, Latin, Jerman, dan sejarah di Ladies’ Department of King’s College London, yang kini dikenal dengan Queen Elizabeth London, antara 1897 dan 1901. Kesuksesan di dunia akademik membawanya pada pergaulan dengan beberapa kalangan reformis awal pendidikan tinggi untuk kaum perempuan, seperti Clara Pater, George Warr, dan Lilian Faithfull.
Sembilan tahun kemudian, ayah Virginia meninggal dunia. Musibah yang terjadi pada tahun 1904 itu pun kembali memicu tekanan mental yang dulu sempat menghinggapinya. Depresi berulang yang dialami oleh Virginia ternyata juga dipengaruhi oleh pelecehan seksual yang telah ia dan adiknya, Vanessa, alami. Pelakunya adalah saudara tiri mereka George dan Gerald Duckworth (yang kemudian Woolf kenang dalam esai autobiografi bertajuk A Sketch of the Past and 22 Hyde Park Gate).
Selama 1905-1912, Virginia tinggal berpindah-pindah di kawasan Bloomsbury, London. Di sini ia tumbuh menjadi wanita terpandang dan seorang yang genius. Dalam lingkungan Bloomsbury, ia dikenal sebagai seorang perempuan cerdas, tangkas, hangat, pendengar yang baik, seseorang yang juga tampil anggun dan menawan di depan umum. Di sini pula ia bertemu dengan Leonard Woolf, yang kemudian menikahinya pada tahun 1912.
Leonard merupakan pria yang dapat memahami kepekaan perasaan Virginia dan hasratnya yang tinggi untuk berkarya. Virginia aktif menulis kritik anonim di Times Literary Supplements. Ia juga menulis novel The Years, Voyage Out, Night and Day, Mrs Dalloway, dan The Waves. Bahkan bersama suaminya, ia mendirikan penerbitan Hogarth Press.
Mrs Dalloway yang ditulis dengan gaya peralihan dari tradisional menuju teknik avant-grande dirujuk banyak pihak untuk menjadi pembuka dari proses pembacaan keseluruhan karya Virginia Woolf. Pada awal penerbitannya sendiri novel ini meraup banyak pujian. Pun menjadi novel Virginia yang paling populer dan banyak dibaca.
Banyak yang menyebut novel-novel Virginia adalah bentuk sastra dari autobiografinya sendiri. Itulah sebabnya, untuk mengetahui hal-hal tersembunyi, banyak penulis biografinya membaca ulang surat-surat serta catatan pribadinya, terutama Sketch of the Past, auobiografi yang ditulis Virginia pada april 1939. Di situlah dia mengingat perasaan-perasaan masa kecilnya. Membeberkan sejarah keluarganya dari perspektifnya sendiri, termasuk sedikit hal-hal gelap yang sangat tabu di era Victorian.
Tokoh-tokoh wanita dalam novelnya kerap memiliki hubungan emosional sesama wanita seperti Rachel dan Helen dalam The Voyage Out, Katharine dan Mary dalam Night and Day, Sally dan Clarisa dalam Mrs. Dalloway. Hal ini membuat banyak spekulasi bahwa Virginia memiliki kecenderungan menyukai sesama jenis. Namun, sebenarnya itu merupakan manifestasi dari penderitaan psikologisnya selama mengarungi bahtera perkawinan dan masa kecilnya yang kelam.
Setelah menyelesaikan naskah novel terakhirnya, Between the Acts, Virginia kembali dilanda depresi yang mirip dengan apa yang ia pernah alami sebelumnya. Tepat pada tanggal 28 Maret 1941 itulah ia dilaporkan menghilang, setelah sebelumnya meninggalkan surat untuk suami dan adiknya, Vanessa.
- Virginia Woolf :Mengolah Tekanan Menjadi Karya - 5 September 2017
- Milan Kundera: Si Pembangun Ruang - 2 Agustus 2017