Humor Pesantren, dari Kiai Wahab hingga Gus Dur
Humor, di kalangan pesantren dan NU, bukan saja menjadi alat penyegar suasana dan pemecah keseriusan, tapi juga menjadi ‘dalil’ atau argumentasi untuk mematahkan dalil-dalil kawan atau lawan bicara. Oleh karena menjadi dalil, dalam memainkan humor mereka serius, bukan cuma iseng.
Di NU dan pesantren, humor telah menjadi ‘tanda’, sebagaimana sarung atau kopyah. Bahkan ada yang berseloroh begini, humor itu menyempurnakan ke-NU-an dan kesantrian seseorang, persis seperti salat sunah rawatib yang menyempurnakan sembayang wajib. Subhanallah!
Almarhum Gus Dur sering dianggap jago pelontar humor, bahkan dinilai kiai pertama yang mengenalkan humor ala NU dan pesantren ke dunia luar. Bukan. Gus Dur bukan kiai pertama yang memperkenalkan humor ke dunia luar, meski memang sepertinya sampai hari ini, kiai yang bernama asli Abdurrahman Ad-Dakhil ini kualitas humornya kelas wahid, tidak ada bandingnya.
Lalu siapa orang pertama yang mengenalkan humor pesantren atau NU ke dunia luar? Saya tidak tahu. Susah menjawab pertanyaan ini, dan mungkin tidak penting juga untuk dijawab.
Belum ada ulasan.