Pias – Dalam buku setebal 302 halaman yang berisikan 44 esai ini ia membicarakan musik, seni rupa, film, sastra, buku, aktivisme, hingga fenomena sosial semacam para tukang yang mengobrol sembari ngaso di warung makan kaki lima. Benang merah dari semua tulisan ini adalah seni dan budaya. Tidak sesempit pemahaman seni dan budaya di galeri atau panggung pertunjukan tentunya. Alih-alih, Aris selalu memaknai seni dan budaya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Seni dan budaya berkelindan erat dengan manusia dan kemanusiaan. Maka, obrolan di angkringan sekalipun adalah budaya.
Belum ada ulasan.