Wendoko menulis Jazz! sambil asyik bereksperimen dengan bentuk, bermain-main dengan aneka mode puitik. Ia coba mengeksplorasi wilayah baru dalam estetika puisi. Dengan rileks sang penyair membaurkan tapal-batas konvensional berbagai genre: mengaduk lirik, balada, dongeng, mitologi, sejarah, iklah, kritik seni musik, bahkan resep minuman kopi. Hasilnya ialah racikan puitik unik dari “separuh sains dan separuh seni – juga sebuah filosofi” yang diseduh “dengan hati”(“Kafe: We Serve Coffe with Heart”).
Arif Bagus Prasetyo, kritikus sastra
Belum ada ulasan.